Minggu, 15 Maret 2009

Menelisik Faktor Penyebab Terjadinya Krisis Ekonomi Global

Terjadinya krisis keuangan ini sungguh sangat diluar dugaan banyak kalangan. Akibat krisis yang dialami negara Amerika Serikat yang notabenenya adalah negara adidaya yang menjadi acuan bagi negara- negara yang memiliki hubungan dalam sektor ekonomi secara tidak langsung juga terkena imbasnya. Adapun penyebab terjadinya krisis financial ini dapat diuraikan menjadi beberapa hal. Pertama, adalah proses securitasi sub-prime mortgage yang terjadi di Amerika. Kedua, indikator gejolak pasar keuangan global. Bahwa debitur KPR atau ktedit perumahan gagal membayar atau tidak mampu untuk memenuhi kewajibannya yang menyebabkan pada krisis kepercayaan para investor, ini berdampak pada ketatnya pasar keuangan, sedangkan pasar keuangan cash dan menyebar dengan cepat keseluruh pasar keuangan global. Kerugian kredit yang melonjak akibat insolvabilitas dan penutupan operasi beberapa perusahaan keuangan raksasa seperti Lehman Brothers, AIG, dan lainya ini menyebabkan terjadinya pengalihan risiko dan ketatnya likuiditas global. Dengan krisis yang dihadapi oleh negara maju tersebut maka mereka mengeluarkan beberapa kebijakannya diantaranya adalah menurunkan suku bunga, menambah pasokan likuiditas dalam hal ini dolar dipasar uang antar bank, menurunkan GWM atau simpanan wajib di bank sentral masing-masing negara tersebut, menaikkan limit penjaminan simpanan nasabah, dan program penyelamatan system keuangan dengan menyuntikan modal seperti yang dilakukan oleh Inggris dan juga Amerika Serikat.

Dari gejolak ekstenal yang terjadi didunia ini secara tidak langsung berdampak pada perekonomian Indonesia. Adapun dampak terjadinya krisis global bagi Indonesia dapat dilihat dari beberapa sector yang menopang berdirinya perekonomian dalam negeri, yaitu :
1. Awalnya sector Moneter mengalami keterpurukan tajam :
Di Indonesia IHSG mengalami penurunan hingga lebih dari 10% sedangkan negara lain hanya 4-6%, Pengurasan uang kas (Rp & $ ) sehingga perbankan mengalami kekeringan dana, Tingkat inflasi merangkak naik > 11%, Kurs US$ juga terus naik tajam > Rp. 12.000/$
2. Sektor Riil
Volume ekspor seperti tekstil dan produk textile serta non migas ex. Palm oil/CPO mengalami penurunan

Dengan krisis ini diperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2009 akan menurun dari tahun 2008 karena pada triwulan IV-2008 relatif tidak berubah, tetapi dampak krisis global sudah mulai dirasakan khususnya pada jalur perdagangan export, yang sejalan dengan melemahnya permintaan eksternal dan turunnya harga komoditas. Melemahnya eksport diperkirakan akan berdampak pada perlambatan permintaan domestic karena turunnya pendapatan masyarakat. Depresiasi rupiah yang cukup tajam juga diperkirakan akan memperlambat laju pertumbuhan impor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar